Indonesian Political, Business & Finance News

Blontank Poer, Surakarta

Blontank Poer, Surakarta

Sepeninggal Raja Kraton Surakarta SISKS Pakoeboewono XII yang meninggal 11 Juni lalu, sebagian kecil anak-anak dan kerabat almarhum mengumumkan raja baru, Kamis (24/6) siang. Raja yang ditunjuk adalah KGPH Hangabehi, 56 tahun. Dipastikan, pengangkatan siang itu bakal berbuntut konflik terbuka.

Proses pengangkatan berlangsung sangat sederhana. Tak ada prosesi kerajaan yang meriah. Bahkan, tak genap setengah dari 35 putra- putri almarhum yang masih hidup, hadir dalam pertemuan bertajuk upacara biwara (pengumuman) dan selamatan raja baru itu. Selain putra-putri dan 40-an kerabat, upacara disaksikan puluhan abdi dalem atau pembantu kerajaan.

Upacara biworo atau maklumat raja baru disampaikan oleh KGPH Kusumoyudo, salah satu putra Pakoeboewono XII dan dipimpin oleh KGPH Poeger. Menurut pernyataan Kusumoyudo, pengangkatan KGPH Hangabehi berdasarkan sejumlah rapat keluarga besar anak-anak PB XII, terutama pada tanggal 12, 13 dan 16 Juni atau sehari setelah mangkatnya raja dinasti Mataram itu.

Kepada pers, KGPH Poeger menyatakan bahwa pengangkatan Hangabehi menjadi raja menggantikan Pakoeboewono XII adalah sah dan sudah sesuai tata cara pergantian raja di lingkungan Kraton Surakarta. "Kedudukan KGPH Hangabehi menggantikan sinuhun adalah sah, sebab beliau merupakan putra lelaki tertua dan sudah disetujui seluruh keluarga kerajaan," ujarnya.

Meski sudah ditetapkan sebagai Raja Surakarta, Hangabehi belum memiliki gelar dan sebutan khusus sebagaimana para pendahulunya. Sudah menjadi rahasia umum, para putra-putri yang berambisi untuk segera mengumumkan raja baru adalah berasal dari faksi kerajaan yang dimotori oleh KGPH Hangabehi dan GRAy Koes Moertiyah, putri almarhum yang juga anggota DPR RI periode 1999-2004 asal Fraksi PDI Perjuangan.

Sementara itu, menurut Pengageng Parentah Kraton Surakarta (Ketua Dewan Pelaksana Kerajaan) KGPH Dipokusumo, proses penetapan raja baru itu belum memenuhi kaidah etik kerajaan. Pertemuan-pertemuan yang disebut sebagai rapat untuk memutuskan raja baru, hanyalah klaim faksi Koes Moertiyah.

"Yang saya tahu, pertemuan-pertemuan itu malah menyepakati agar pengumuman pergantian raja menunggu setelah peringatan 40 hari wafatnya sinuhun," ujar Dipo.

Dijelaskan Dipo, putra-putri Pakoebowono XII belum menyepakati siapa pengganti raja. Bahkan, sebagian besar putra-putri amarhum bersama putra-putri raja sebelumnya, Pakoeboewno XI masih melangsungkan pertemuan di Jakarta untuk membicarakan suksesi kerajaan.

"Banyak di antara kami belum diajak bicara soal pengumuman raja baru itu," ujar Dipo. Dipo sendiri tidak mengelak bila pengumuman raja baru Kamis siang itu bakal memicu konflik terbuka antar putra-putri dan kerabat PB XII.

View JSON | Print